sumber : dokumentasi pribadi
Jika jarakku dan jarakmu adalah dekat, maka tak perlu aku berlayar lagi. Jika waktuku dan waktumu adalah dekat, maka tidak akan aku menunggu lagi. Kau yang tertambat di hati mengusir jarak keraguanku akan kasih sayangMu. Dan mata yang masih bisa menatap sempurnanya langit mengubah warna dari kelabu menuju terang dan sebaliknya.
Jika jarakku dan jarakmu adalah waktu, maka mengapa Kau masih rahasiakan pertemuanku denganMu? Apakah tentang keraguanku? Ya, aku sering merasa ragu, aku sering merasa Kau menjauh, Kau tak cinta, Kau tak sayang. Tapi aku tersadar bukan Kau yang menjauh, tapi aku yang berlari. Berbelok ke lain arah, ke jalan yang Kau larang. Semakin membentang jarak antara kita, sementara Kau tetap mendekat namun aku tetap menjauh. Mengapa tak Kau tinggalkan saja aku ya Allah, yang penuh dusta, yang penuh noda, yang mencintai hal-hal yang Kau benci. Kau tetap ada, tetap bersamaku, merangkulku dikala aku sedang hina dina, Kau angkat aku lagi, Kau bersihkan aku lagi, Kau sayangi aku lagi. Hingga batas kemampuanku untuk meragu sirna, dan aku kembali kepadaMu, kau yang begitu dekat. Mengalir bersama darahku dan nafasku. Dan jika ada cinta sejati yaitu cinta dariMu ya Allah..
Bagaimana dengan mereka? Keraguan mereka akan Engkau ya Allah?
Bagaimana bisa aku deskripsikan akan Engkau kepada mereka sementara aku tidak dekat denganMu? Aku hanya bisa marah saat Kau diadili oleh mereka. Mereka yang meragukan keberadaanMu. Mereka bilang Kau tidak ada, mereka bilang Kau fana. Sementara aku berlaku selayaknya orang yang benar-benar mengenalMu. Ya Allah betapa munafiknya sang diri. Berdiri kokoh dibawah lindunganMu, namun aku tidak bisa melindungiMu. Tapi, Kau maha benar, maha besar, maha kuat, Kau tak butuh perlindunganku. Ini masalah jarak saja. Jarak antara kita yang mereka tidak memahaminya. Kalaulah mereka meletakan Tuhan di depan sehingga mereka bisa menatap setiap detik waktu, maka aku meletakkanMu di sini, di hati, melekat, menyatu sehingga mengalahkan jarak apapun.
~fiorient~