Tulisan dari hati. Aku menulis ini pada
saat logikaku sedang dalam kondisi log
off, hanya perasaan yang bermain. Perasaan ? Ya, itu lah yang lazimnya
mendominasi perempuan, yang mengantarkan perempuan kepada spesifikasi manusia
yang “kurang akal’. Perempuan selalu
berfikir pendek, melakukan sesuatu seketika selalu apa – apa saja yang berada
di depannya saat ini. Skip.. Aku akan
tetap menulis, walaupun aku sadari ketika logikaku sudah log on kembali aku akan merasa jijik, sebal, merasa berelebihan (lebay) ketika membaca tulisan ini. Ini
kedengarannya agak plinplan, tapi aku bersyukur masih memiliki sisi logika
disamping sisi perasaan yang mendominasi. Ya, aku seorang perempuan, yang ingin
sedikit bercerita tentang suara hati. Melanggar etika ketika menceritakan isi
hati kepada manusia namun melupakan sang Maha pemilik hati, tenang kawan
sebelumnya aku sudah mencurahkan isi hati ini dengan Rabbku, Allah SWT.. Sisi
lainnya sih hanya ingin membuat
tulisan kecil saja. Ah, aku rasa sudah terlalu lama aku berbasa – basi.
Saat
ini, aku merasa sedih yang sangat sedih. Apa rasanya jika dalam keramaian kita
merasa sepi? Tentu tidak enak bukan. Bukan sekedar sepi, namun kesepian. Beribu
orang menghampiri namun tak ada yang berkesan. Kufur? Mungkin saja, mungkin aku
salah satu orang yang tidak bisa menikmati nikmat di dunia, mungkin juga tidak
tahu celah dimana letak kebahagiaanku, mungkin saja aku yang harus memulai, di
dunia ini terlalu banyak kemunghkinan yang mengharuskan aku untuk terus
berfikir. Dan aku pusing.
Berat
sekali untuk melawannya. Aku adalah manusia super egois yang selalu menuntut
tanpa memualainya terlebih dahulu, bukannya rumus dunia itu yang penting
memberi dahulu maka kita akan mendapat balasan? tapi aku tidak. Harga diriku
terlalu tinggi, tapi nyatanya aku rendah diri sungguh tidak sinkron, aku ini orang yang memiliki
kepribadian yang amat buruk kalau dinilai mungkin E, mungkin saja lebih buruk
dari itu, bahkan nilai itu menghantarkan aku kepada DO a.k.a Drop Out. Ah, itu berlebihan. Tuhan menciptakan
manusia dengan sisi baik dan buruknya tentu saja aku bukan orang yang seperti
itu yang hanya memiliki sifat buruk. Muhasabahlah yang selalu membuat aku
kecewa pada diriku sendiri dan akhirnya aku menyalahkan diri sendiri. Sungguh
aku mendzolimi diriku.
Aku
orang yang sedang haus, entah haus akan apa? Aku orang yang sedang memelas, entah memelas akan apa? Aku orang
yang sedang membenci, entah benci akan apa? Aku orang yang menyalahkan, entah
menyalahkan siapa? Aku hanya seseorang yang ingin menuntut, menuntut apa yang
aku inginkan. Egois? Itulah aku. Saat ini aku sedang berjuang melawan
keegoisanku, namun mengapa aku merasa kehilangan hak ku? Aku merasa terpuruk
dan terintimidasi oleh keadaan. Aku sungguh sungguh orang yang tidak pernah tau
apa itu rasa syukur. Intinya aku kesepian dan tidak ada yang bisa aku tuntut
dan aku salahkan atas apa yang aku rasakan. Ini memang childist, tidak lazim
gadis 21 tahun begini. Tidak ada pilihan, aku hanya ingin menulis saja.
Di
penghujung tulisanku aku ingin titipkan pesan kepada orang – orang yang telah
memberi warna di hidupku, merah kuning hijau hitam putih dan kelabu, bahwa ”
Warna yang terakhir itu, aku tidak siap menerimanya”. Tidak perlu pemahaman
untuk mengerti isi hatiku, ini hanya tulisan saja. Aku sedang belajar membuat
tulisan. Jangan sampai ini dibaca dengan serius dan memorsir otak, bukan itu
yang aku inginkan…. Terimakasih sudah membaca… Setidaknya anda sudah care... J