Rabu, 26 Agustus 2015

Menjadi Diri Sendiri

Sadar atau tidak setiap orang membutuhkan penghargaan dari orang lain ketika menjadi dirinya sendiri. Dan betapa banyaknya orang yang dipuja-puja dan disenangi banyak orang namun hatinya tidak ikut senang dan bahagia lantaran tidak menjadi dirinya sendiri. Namun, menjadi diri sendiri juga terkadang tidak membawa kita pada hal yang baik. Seperti hanya sebuah alibi saja karena dirinya tidak mampu merubah kehidupan kearah yang lebih baik. Lebih-lebih ketika lingkungan memaksa untuk membawa diri kita pada apa yang mereka inginkan. Untuk menjadi diri sendiri kita juga harus pandai-pandai ngaji rasa dalam hidup ini. Mana baik mana buruk. Agar menjadi diri sendiri tidak serta merta mempertahankan kita pada siklus kebebasan yang tanpa batas. Bukan itu yang saya maksud. Kalau menurut saya menjadi diri sendiri itu lebih kepada prinsipil, kita tau kemana arah dan tujuan hidup kita dan kita yang lebih tau resiko apa yang akan kita terima. Ketika lingkungan berbicara ABCD sampai Z seputar jalan hidup kita, mereka itu hanya sebuah opini saja bukan ujian hidup yah teman-teman. Memang perhatian mereka terkadang mengacaukan pikiran kita akan step by step hidup. Jangan diacuhkan guys, tidak semua orang yang banyak omongnya itu notabene sotoy dan rese. Tentu kita harus menghargai pendapat mereka. Siapa tau itu berguna. Ok kembali ke benang merah. Jadi kalau mau jadi diri sendiri itu patokannya bukan kepada manusia ya guys, tapi Tuhan. Ingat Tuhan, titik! Kalau patokannya pada manusia tentu itu hal yang buang-buang waktu kita tidak akan tahu batasan. Coba saja kalau menjadi diri sendiri berlandaskan pada norma-norma agama, insya Allah gak akan bablas. Manusia itu hanya variasi saja. Yang membuat hidup menjadi lebih dinamis lagi. Intinya menjadi diri sendiri harus didasari dengan keilmuan norma-norma dan kemampuan ngaji rasa tadi. Jangan sampai menjadi diri sendiri malah membawa kita pada keburukan.


Thanks for reading, this is my opinion..hehe😊

Kamis, 13 Agustus 2015

Terasing...

Ku utarakan benci terbungkus sepi
Setiap waktu adalah nafas energi
Hargaku di hadapanmu mati
Hanya api saja menembus abadi
Aku kesal
Aku kecewa
Aku benci
Dan aku cinta..
Aku cinta akan caramu membuangku
Bahkan aku terus menjadi angin
Angin lalu yang tak mendapat simpati
Kau lah tahta terindah
Di hadapanmu aku hina
Aku bosan menulis ini
Ceritanya begitu membosankan
Bosan juga mendengarmu
Apa yang kau ucap
Adalah..
Sabda yang kehilangan indahnya
Surga mana yang tak merindumu
Kau begitu putih
Dan kelabuku ku bawa sendiri
Ke tempat dimanaku ingin bersuci
Kembali..
Biarkan saja angin lalu berhembus
Berhembus membawa hawa kehidupan
Hingga jauh pergi dan terasing....

(fiorient)

CINTA


Dear Someone,
CINTA
Kamu bukan secarik kertas putih
Tinta hitam menghiasi
Setiap rona-rona binar matamu
Cinta itu pahit
Cinta itu sukar
Cinta itu perih
Cinta itu menusuk
Benci itu kelam
Menyanyiku akan batasan itu
Sangat tipis
Hati ini menari
Menari kecil menghembus nafas
Nafas imaji akan dirimu
Aku di padang safana
Sejuk..
Hembus angin menghampiri tubuh basahku
Dingin..
Kemudian berlariku
Berlari meniti duri-duri abadi
Dan kakiku terluka lagi
Aku di tepi sungai
Aku basuh darah dari lukaku
Inginku basuh lebih banyak
Tapi aku takut hanyut
Jika waktu bisa berkata
Hanya satu
Aku benci akhir
Namun aku lebih membenci awal
Jika awalku kamu
Dan akhirku juga kamu
Maka kamulah alasan atas kebencianku
Tapi tidak hari ini
Cinta bukan angin
Cinta bukan air
Tapi cinta itu kamu..


~fiorient~

Kamis, 06 Agustus 2015

PUISI

Aku adalah puisi, puisi adalah aku
Ku genggam separuh
Separuhnya ku biarkan pergi
Apa yang kusebut hati
Biar dia sendiri, menanti..
Menanti hidup yang tak pasti
Jeritan akan waktu
Terperangkap dalam gamang
Dan sunyi..
Benciku akan langit
Benciku akan matahari
Benciku akan bulan
Benciku akan bintang
Mereka berbohong kepadaku
Dimana letak indahnya
Tetap jauh tak mampu ku gapai
Aku benci pada angin
Dia berbahasa
Dia akan menyejukkanku
Sebentar saja..lalu pergi
Haruskah aku benci akan engkau?
Emosi yang menggebu
Bagai api yang temukan jerami
Dan sayangnya..
Akulah jerami yang mengering itu
Tubuhku terbakar, panas
Menghanguskan harapan
Harapan akan janji-janji
Membisu, binasa..
Aku benci diriku
Diriku yang lemah tak berusuk
Tak berpegang pada damai
Aku benci diriku
Benci akan bodohku
Selamatkan aku dari bodohku
Aku, aku, aku... terhempas
Bersama puisi..