Sadar atau tidak setiap orang membutuhkan penghargaan dari orang lain ketika menjadi dirinya sendiri. Dan betapa banyaknya orang yang dipuja-puja dan disenangi banyak orang namun hatinya tidak ikut senang dan bahagia lantaran tidak menjadi dirinya sendiri. Namun, menjadi diri sendiri juga terkadang tidak membawa kita pada hal yang baik. Seperti hanya sebuah alibi saja karena dirinya tidak mampu merubah kehidupan kearah yang lebih baik. Lebih-lebih ketika lingkungan memaksa untuk membawa diri kita pada apa yang mereka inginkan. Untuk menjadi diri sendiri kita juga harus pandai-pandai ngaji rasa dalam hidup ini. Mana baik mana buruk. Agar menjadi diri sendiri tidak serta merta mempertahankan kita pada siklus kebebasan yang tanpa batas. Bukan itu yang saya maksud. Kalau menurut saya menjadi diri sendiri itu lebih kepada prinsipil, kita tau kemana arah dan tujuan hidup kita dan kita yang lebih tau resiko apa yang akan kita terima. Ketika lingkungan berbicara ABCD sampai Z seputar jalan hidup kita, mereka itu hanya sebuah opini saja bukan ujian hidup yah teman-teman. Memang perhatian mereka terkadang mengacaukan pikiran kita akan step by step hidup. Jangan diacuhkan guys, tidak semua orang yang banyak omongnya itu notabene sotoy dan rese. Tentu kita harus menghargai pendapat mereka. Siapa tau itu berguna. Ok kembali ke benang merah. Jadi kalau mau jadi diri sendiri itu patokannya bukan kepada manusia ya guys, tapi Tuhan. Ingat Tuhan, titik! Kalau patokannya pada manusia tentu itu hal yang buang-buang waktu kita tidak akan tahu batasan. Coba saja kalau menjadi diri sendiri berlandaskan pada norma-norma agama, insya Allah gak akan bablas. Manusia itu hanya variasi saja. Yang membuat hidup menjadi lebih dinamis lagi. Intinya menjadi diri sendiri harus didasari dengan keilmuan norma-norma dan kemampuan ngaji rasa tadi. Jangan sampai menjadi diri sendiri malah membawa kita pada keburukan.
Thanks for reading, this is my opinion..hehe😊
Tidak ada komentar:
Posting Komentar